Pura Samuan Tiga terletak di desa Bedulu, kabupaten Gianyar, Bali. Kira-kira 25 km dari kota Denpasar, 5 km dari Ubud atau sekitar 400m dari tempat wisata Goa Gajah
Karya Padudusan Agung di Pura Samuan Tiga berlangsung tiap 2 tahun sekali (biasanya sekitar bulan Mei), disela-selanya hanya dilakukan Pedudusan Alit. Untuk tahun 2012 ini Puncak Karya pada tgl 6 Mei 2012
Sejarah berdirinya Pura Samuan tiga bisa dimulai lewat lontar Tatwa Siwa Purana, khususnya lembar ke-11 yang berkaitan dengan penyebutan pura Samuantiga antara lain disebutkan :
".......... Samalih sapamadeg idane prabu Candrasangka, mangwangun pura saluwire : Penataran Sasih, Samuantiga, hilen-hilen rikala aci, nampiyog nganten, siyat sampian, sanghyang jaran nglamuk beha, mapalengkungan siyat pajeng, pendet, hane bale pgat, pgat leteh".
Terjemahan bebasnya:
".......... Dan lagi semasa pemerintahan beliau Prabu Candrasangka, membangun pura antara lain : Penataran Sasih, Samuantiga, tari-tarian di saat upacara, nampiyog nganten, siyat sampian, sanghyang jaran menginjak bara, mapalengkungan perang payung (pajeng) pendet dan ada balai pegat penghapus ketidak sucian (leteh)".
Dari uraian lontar Tatwa Siwa Purana di atas disebutkan bahwa pura Samuantiga dibangun pada masa pemerintahan raja Candrasangka, Penulisan Lontar Tatwa Siwa Purana dan lontar-lontar lainnya ini mungkin sebagai upaya penulisan kembali berbagai tradisi kepercayaan sejarah lokal dan hal-hal lainnya. Kemungkinan itu sangat besar karena bila kita telusuri dari kronologi pemerintahan raja-raja di Bali, tidak ada raja yang bernama Candrasangka namun yang ada adalah Candrabhayasingha Warmadewa disebutkan dalam prasastinya yang sekarang tersimpan di pura Sakenan Manukaya Tampaksiring, berisi tentang pembuatan telaga/pemandian suci yang disebut Tirta di Air Hampul (Sutterheim,1929: 68-69).
Bila mana prabu Candrasangka seperti disebutkan dalam lontar Tatwa Siwa Purana sama atau nama lain dari raja Candrasangka Warmadewa seperti disebutkan dalam prasasti Manukaya yang berangka tahun 962 masehi, maka dapatlah dikatakan bahwa pura Samuantiga dibangun sejaman dengan pura Tirta Empul yaitu sekitar abad X. Pembangunan pura Samuantiga pada abad X kiranya dalam rangka penerapan konsepsi keagamaan pada masa Bali Kuna, seperti dikatakan R. Goris dimana setiap kerajaan harus memiliki tiga pura utama yaitu Pura Gunung, Pura Penataran dan Pura Segara/laut. Pura Tirta Empul sebagai pura Gunungnya dan pura Samuantiga sebagai pura Penataran yaitu pura yang berada di pusat kerajaan. Seperti dimaklumi para ahli memperkirakan pusat pemerintahan pada masa Bali Kuna berada. di sekitar Desa Bedulu karena banyak diketemukan tinggalan arkeologi (arca-arca, tempat pertapaan) bahkan berlangsung sampai masa Majapahit seperti disebutkan dalam Negarakertagama bahwa pusat pemerintahan Bali berada di Badahulu dekat Lwah Gajah. Sehingga tidaklah berlebihan bila diasumsikan bahwa pura Samuantiga pada abad X merupakan pura Penataran dan kerajaan Bali Kuna yang berlokasi di pusat pemerintahan yang dalam beberapa sumber lokal disebut Bata Anyar. (sumber: babadbali.com)
Dangsil-dangsil (Sampian Jerimpen) yg ditata rapi |
Detail Sarad Sate / Gayah |
Penyu salah satu hewan yang dipakai sebagai 'wewalungan' pada upacara Mapepade Karya |
Kerjasama menurunkan 'gebogan', persembahan berupa kue-kue dan buah-buahan yang disusun dengan estika tinggi |
Petapakan dari Pura - Pura Sekitar |
Gebogan setinggi lebih dari 2 meter, berisi sekitar 12 ayam panggang, buah dan kue |
Tarian Sang Hyang Legong, menurut Babad Dalem Sukawati, dipercayai sebagai awal mula lahirnya tarian Legong yang terkenal sampai kini |
Tari Rejang Dewa |
Tari Baris Gede / Tombak |
Wayang Lemah / Jodog, pentas wayang tanpa kelir |
Topeng Sidhakarya khas dari Pura Jogan Agung |
Menuju Bale Pedanan |
Ritual 'Memasar' di Bale Pedanan, dipercaya sebagai memberian berkah kepada warga |
Membawa Gebogan pulang |
Ritual Nampyog oleh 'Premas' mengelilingi area pura sebanyak 4 putaran masing-masing 3 kali yaitu Prosesi Nampyog dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu ngober ngamet, ngober cerik, & ngober makedeng |
Ritual Maombak-ombakan |
Ritual Siyat Sampian |
Ritual Siyat Sampian |
Ritual Siyat Sampian |
Ritual Ngider Murwa Daksina dimana petapakan Ida Ratu Manca mengelilingi area Pura sebelum kembali ke pura masing-masing |
Ritual Ngider Murwa Daksina dimana petapakan Ida Ratu Manca mengelilingi area Pura sebelum kembali ke pura masing-masing |
Ritual Ngider Murwa Daksina dimana petapakan Ida Ratu Manca mengelilingi area Pura sebelum kembali ke pura masing-masing |
Para 'Premas' melakukan Siyat Tedung sebagai bagian dari ritual "Mapelengkungan' |
Ida Ratu Manca 'budal', kembali ke pura masing-masing |
Ida Ratu Manca 'budal', kembali ke pura masing-masing |
Prosesi Melasti di Pantai Masceti Gianyar |
Prosesi Melasti di Pantai Masceti Gianyar |
Prosesi Melasti di Pantai Masceti Gianyar |
Persembahyangan di depan pralingga-Nya pada prosesi Melasti di Pantai Masceti Gianyar |
Pentas tari topeng pada prosesi Melasti di Pantai Masceti Gianyar |
Prosesi Melasti di Pantai Masceti Gianyar |
Prosesi Melasti di Pantai Masceti Gianyar |
Prosesi Melasti di Pantai Masceti Gianyar |
Ritual Pamendak Agung di Lapangan Astina, Gianyar sebagai rentetan prosesi Melasti di Pantai Masceti, sebelum kembali ke Pura Samuan Tiga |
Ritual Pamendak Agung di Lapangan Astina, Gianyar sebagai rentetan prosesi Melasti di Pantai Masceti, sebelum kembali ke Pura Samuan Tiga |
Sulinggih memimpin ritual Pamendak Agung di Lapangan Astina, Gianyar, sebagai rentetan prosesi Melasti di Pantai Masceti, sebelum kembali ke Pura Samuan Tiga |
Ritual Pamendak Agung selesai, rombongan utama kembali ke Pura Samuan Tiga, sedangkan pengiring kembali ke pura masing-masing |
Ritual Pamendak Agung selesai, rombongan utama kembali ke Pura Samuan Tiga, sedangkan pengiring kembali ke pura masing-masing |
Ritual Pamendak Agung selesai, rombongan utama kembali ke Pura Samuan Tiga, sedangkan pengiring kembali ke pura masing-masing |
No comments:
Post a Comment