Pages

Monday, July 16, 2012

Pantai Jemeluk, Amed

Pemandangan di pantai Jemeluk, Amed, Karangasem Bali dengan latar gunung Agung di waktu sunrise
Exif : Canon 450D, Mode, AV, FL: 10mm, A: f/16, S: 1/13 secs, ISO: 200

Pantai Amed yang berlokasi di ujung timur pulau Bali adalah surga bagi penggemar snorkeling & diving. Pantai yg bersebelahan dengan Tulamben ini umumnya lebih sering dinikmati wisatawan manca negara.

Untuk mencapai pantai ini kira-kira memerlukan waktu 2.5 jam perjalanan dari kota Denpasar. Penginapan mulai Rp. 150.000 cukup terjangkau dikantong.

Kotak Pos yang sengaja ditenggelamkan di pantai Jemeluk, Amed menjadi salah satu spot yang menarik.
Foto by Ayu Sulistyowati/KOMPAS

Saturday, June 30, 2012

Air Terjun Sekumpul, Air Terjun Terindah di Bali

Air Terjun Sekumpul letaknya di kecamatan Sawan, kabupaten Buleleng, Bali.
Jaraknya kira-kira 3 jam perjalanan dari kota Denpasar, melalui tempat wisata Bedugul.
Untuk mencapai lokasi bisa melalui jalan yg bisa dilalui kendaraan roda 2 seperti sepeda, sepeda motor. Kira-kira sejauh 1 kilometer dari jalan utama menuju pinggir lembah tempat air terjun berada.

Tak kurang dari 5 air terjun besar dari total 7 air terjun yang ada pada lokasi ini dengan rata-rata setinggi 100-an meter. Air yg jernih merupakan tipikal air terjun di daerah Buleleng yang memang rata-rata ada dipegunungan.

Canon 450D, Mode: M, FL: 17mm, A: F/2.8, S: 1/100s, ISO: 100 Filter GND 8

Canon 450D, Mode: M, FL: 17mm, A: F/2.8, S: 1/50s, ISO: 100
Canon 450D, Mode: M, FL: 50mm, A: F/2.8, S: 1/80s, ISO: 100
Canon 450D, Mode: M, FL: 250mm, A: F/5.6, S: 1/500s, ISO: 800
Canon 450D, Mode: M, FL: 17mm, A: F/16, S: 1/8s, ISO: 100



Tips:

  • Seperti umumnya memotret air terjun, sebaiknya selalu siap sedia payung, utk mengurangi hempasan butiran-butiran air pada kamera & lensa, setidaknya tidak terlalu sering harus membersihkan lensa.
  • Pastikan kesiapan fisik tangga menuju lokasi cukup terjal. Tetapi jangan khawatir di pertengahan ada bale bengong untuk istirahat sebelum melanjutkan ke dasar lembah. Bahkan dari bale bengong ini pun view ke air terjun cukup bagus, syaratnya anda membawa lensa tele untuk jepretan lebih detail. Beberapa foto di atas saya ambil juga dari bale bengong ini.

Tuesday, June 19, 2012

Pantai Yeh Gangga

Pantai Yeh Gangga terletak di kabupaten Tabanan, Bali, sekitar 23 km dari kota Denpasar atau sekitar 1 jam perjalanan.
Pantai dengan pasir berwarna hitam ini terkenal dengan ikonnya berupa sebuah karang berbentuk seperti perahu layar dengan lobang berbentuk hati.
Bagi masyarakat sekitar pantai ini seperti umumnya pantai-pantai di Bali digunakan untuk ritual adat setempat yang bernafaskan agama Hindu, seperti: melasti, pengabenan, dll.

Karang Bolong, ikon pantai Yeh Gangga
sesaat setelah matahari tenggelam
450D, Mode: AV +2/3 stop, FL: 10 mm, A: F/10, S: 1/4,
ISO: 400, Filter GND Soft 8.0
450D, Mode: AV, FL: 10 mm, A: F/16, S: 1/5s
450D,  Mode: AV,  FL: 12 mm,  A: F/14, S: 1/100s,
ISO: 200
Selain pada saat matahari tenggelam (sunset),
juga menarik di saat matahari terbit (sunrise)
450D, Mode:M, FL: 17 mm, A: F/14, S: 1/10s,
ISO: 100
Aktifitas berkuda di sore hari start dari Pantai Kelating
450D, Mode: AV, FL: 250 mm, A: F/14, S: 1/400s,
ISO: 200
Rutinitas melatih kuda setiap pagi agar tetap terbiasa
berdampingan dengan deburan ombak
450D, Mode: AV, FL: 17 mm, A: f/10, S: 1/160s,
ISO: 200
450D, Mode: AV -2/3 stop, FL: 17 mm, A: F/10,
S: 1/200s, ISO: 200
Aktifitas memancing di pantai Yeh Gangga,
Biasanya mulai ramai pada sore-malam hari dan
pada bulan-bulan tertentu
7D, Mode: AV -4/3 stop, FL: 28 mm, A: F/13,
S:1/400s, ISO: 800
Ritual melasti di pantai Yeh Gangga
450D, Mode: AV, FL: 10 mm, A: F/4, S: 3.2s, ISO: 800
Walau ombaknya tidak sebagus di pantai Kuta,
pantai Yeh Gangga juga menarik beberapa
wisatawan manca negara  untuk melakukan surfing
450D, Mode: AV, FL: 163 mm, A: F/22, S: 1/50,
ISO: 200
Setiap hari minggu / hari libur pantai ini ramai
dikunjungi terutama oleh wisatawan lokal.
Salah satu aktifitas yang sering dilakukan adalah
sepak bola pantai
 7D, Mode: AV, A: F/11, S: 1/400s, ISO: 800

Sunday, May 20, 2012

Pedudusan Agung Pura Samuan Tiga

Pura Samuan Tiga terletak di desa Bedulu, kabupaten Gianyar, Bali. Kira-kira 25 km dari kota Denpasar, 5 km dari Ubud atau sekitar 400m dari tempat wisata Goa Gajah

Karya Padudusan Agung di Pura Samuan Tiga berlangsung tiap 2 tahun sekali (biasanya sekitar bulan Mei), disela-selanya hanya dilakukan Pedudusan Alit. Untuk tahun 2012 ini Puncak Karya pada tgl 6 Mei 2012

Sejarah berdirinya Pura Samuan tiga bisa dimulai lewat lontar Tatwa Siwa Purana, khususnya lembar ke-11 yang berkaitan dengan penyebutan pura Samuantiga antara lain disebutkan :

".......... Samalih sapamadeg idane prabu Candrasangka, mangwangun pura saluwire : Penataran Sasih, Samuantiga, hilen-hilen rikala aci, nampiyog nganten, siyat sampian, sanghyang jaran nglamuk beha, mapalengkungan siyat pajeng, pendet, hane bale pgat, pgat leteh".

Terjemahan bebasnya:
".......... Dan lagi semasa pemerintahan beliau Prabu Candrasangka, membangun pura antara lain : Penataran Sasih, Samuantiga, tari-tarian di saat upacara, nampiyog nganten, siyat sampian, sanghyang jaran menginjak bara, mapalengkungan perang payung (pajeng) pendet dan ada balai pegat penghapus ketidak sucian (leteh)".

Dari uraian lontar Tatwa Siwa Purana di atas disebutkan bahwa pura Samuantiga dibangun pada masa pemerintahan raja Candrasangka, Penulisan Lontar Tatwa Siwa Purana dan lontar-lontar lainnya ini mungkin sebagai upaya penulisan kembali berbagai tradisi kepercayaan sejarah lokal dan hal-hal lainnya. Kemungkinan itu sangat besar karena bila kita telusuri dari kronologi pemerintahan raja-raja di Bali, tidak ada raja yang bernama Candrasangka namun yang ada adalah Candrabhayasingha Warmadewa disebutkan dalam prasastinya yang sekarang tersimpan di pura Sakenan Manukaya Tampaksiring, berisi tentang pembuatan telaga/pemandian suci yang disebut Tirta di Air Hampul (Sutterheim,1929: 68-69).

Bila mana prabu Candrasangka seperti disebutkan dalam lontar Tatwa Siwa Purana sama atau nama lain dari raja Candrasangka Warmadewa seperti disebutkan dalam prasasti Manukaya yang berangka tahun 962 masehi, maka dapatlah dikatakan bahwa pura Samuantiga dibangun sejaman dengan pura Tirta Empul yaitu sekitar abad X. Pembangunan pura Samuantiga pada abad X kiranya dalam rangka penerapan konsepsi keagamaan pada masa Bali Kuna, seperti dikatakan R. Goris dimana setiap kerajaan harus memiliki tiga pura utama yaitu Pura Gunung, Pura Penataran dan Pura Segara/laut. Pura Tirta Empul sebagai pura Gunungnya dan pura Samuantiga sebagai pura Penataran yaitu pura yang berada di pusat kerajaan. Seperti dimaklumi para ahli memperkirakan pusat pemerintahan pada masa Bali Kuna berada. di sekitar Desa Bedulu karena banyak diketemukan tinggalan arkeologi (arca-arca, tempat pertapaan) bahkan berlangsung sampai masa Majapahit seperti disebutkan dalam Negarakertagama bahwa pusat pemerintahan Bali berada di Badahulu dekat Lwah Gajah. Sehingga tidaklah berlebihan bila diasumsikan bahwa pura Samuantiga pada abad X merupakan pura Penataran dan kerajaan Bali Kuna yang berlokasi di pusat pemerintahan yang dalam beberapa sumber lokal disebut Bata Anyar. (sumber: babadbali.com)

Dangsil-dangsil (Sampian Jerimpen) yg ditata rapi 

Detail Sarad Sate / Gayah

Penyu salah satu hewan yang dipakai sebagai
'wewalungan' pada upacara Mapepade Karya 
 

Kerjasama menurunkan 'gebogan',
persembahan berupa kue-kue dan
buah-buahan yang disusun dengan  estika tinggi

Petapakan dari Pura - Pura Sekitar

Gebogan setinggi lebih dari 2 meter,
berisi sekitar 12  ayam panggang,
buah dan kue

Tarian Sang Hyang Legong,
menurut Babad Dalem Sukawati, dipercayai sebagai
awal mula lahirnya tarian Legong yang terkenal sampai kini 

Tari Rejang Dewa

Tari Baris Gede / Tombak

Wayang Lemah / Jodog, pentas wayang tanpa kelir

Topeng Sidhakarya khas dari Pura Jogan Agung

Menuju Bale Pedanan

Ritual 'Memasar' di Bale Pedanan,
dipercaya sebagai memberian berkah kepada warga 


Membawa Gebogan pulang
Ritual Nampyog oleh 'Premas' mengelilingi area pura
sebanyak 4 putaran masing-masing 3 kali
yaitu Prosesi Nampyog dilakukan sebanyak 3 kali,
yaitu ngober ngamet, ngober cerik, & ngober makedeng

Ritual Maombak-ombakan

Ritual Siyat Sampian

Ritual Siyat Sampian

Ritual Siyat Sampian

Ritual Ngider Murwa Daksina
dimana petapakan Ida Ratu Manca
mengelilingi area Pura sebelum kembali ke
pura masing-masing

Ritual Ngider Murwa Daksina
dimana petapakan Ida Ratu Manca mengelilingi area Pura sebelum
kembali ke 
pura masing-masing

Ritual Ngider Murwa Daksina
dimana petapakan Ida Ratu Manca mengelilingi area Pura sebelum
kembali ke 
pura masing-masing

Para 'Premas' melakukan Siyat Tedung
sebagai bagian dari ritual "Mapelengkungan'
 

Ida Ratu Manca 'budal', kembali ke pura masing-masing 

Ida Ratu Manca 'budal', kembali ke pura masing-masing
Prosesi Melasti di Pantai Masceti Gianyar

Prosesi Melasti di Pantai Masceti Gianyar

Prosesi Melasti di Pantai Masceti Gianyar

Persembahyangan di depan pralingga-Nya
pada prosesi Melasti di Pantai Masceti Gianyar

Pentas tari topeng pada prosesi Melasti
di Pantai Masceti Gianyar

Prosesi Melasti di Pantai Masceti Gianyar

Prosesi Melasti di Pantai Masceti Gianyar

Prosesi Melasti di Pantai Masceti Gianyar

Ritual Pamendak Agung di Lapangan Astina, Gianyar
sebagai rentetan prosesi Melasti di Pantai Masceti,
sebelum kembali ke Pura Samuan Tiga

Ritual Pamendak Agung di Lapangan Astina, Gianyar
sebagai rentetan prosesi Melasti di Pantai Masceti,
sebelum kembali ke Pura Samuan Tiga

Sulinggih memimpin ritual Pamendak Agung di
Lapangan Astina, Gianyar, sebagai rentetan prosesi
Melasti 
di Pantai Masceti, sebelum kembali
ke Pura Samuan Tiga

Ritual Pamendak Agung selesai, rombongan utama
kembali ke Pura Samuan Tiga, sedangkan
pengiring kembali 
ke pura masing-masing

Ritual Pamendak Agung selesai, rombongan utama
kembali ke Pura Samuan Tiga, sedangkan
pengiring kembali 
ke pura masing-masing
Ritual Pamendak Agung selesai, rombongan utama
kembali ke Pura Samuan Tiga, sedangkan
pengiring kembali 
ke pura masing-masing